Aku Disini Menunggumu – #Extra Part
Arya menyentuh alis Aerin yang berbentuk melengkung setengah lingkaran, lalu sentuhannya turun ke hidung mancungnya dan berakhir di bibir penuh Aerin, sebuah masterpiece yang membuat ia tak bisa jauh dari itu…
Arya menyentuh alis Aerin yang berbentuk melengkung setengah lingkaran, lalu sentuhannya turun ke hidung mancungnya dan berakhir di bibir penuh Aerin, sebuah masterpiece yang membuat ia tak bisa jauh dari itu…
Bramantio menggandeng tangan Aerin. Arya melihatnya dengan agak cemburu. Huh… seharusnya ia yang lebih berhak menggandeng tangan itu. Tasya yang melihat arah pandangan Arya, langsung menggandeng tangan Arya. Aerin melihat keduanya yang berjalan di depannya.
Kembali ke Global Cell membuat Aerin bahagia. Wiwid, Vita dan pasukan IT menyambut kedatangannya di lobby. Aerin sangat terharu, ah… bagaimana mungkin ia sanggup meninggalkan mereka dalam waktu yang tak lama lagi.
Aerin terbangun dari tidur lelapnya. Ia melihat ke plafon kamar, ia tau itu bukan kamar di kediaman orang-tuanya, bukan kamar di rumah pribadinya dan juga bukan kamar di Mount Elizabeth Hospital. Menyadari ia berada di tempat asing, membuat Aerin segera duduk dan melihat sekeliling ruangan yang walaupun asing tapi design interiornya sangat familiar…
Aerin melihat sekeliling, mencari sosok yang dikenalnya. Ada Mas Anton yang tampak serius banget menatap penumpang yang lalu lalang tapi Mas Anton seperti tak mengenalinya.
Bagi Aerin, ini mungkin akan menjadi liburan bebas terakhirnya sebelum menikah dengan pria yang telah melamarnya. Ada kalanya bayangan Arya melintas sesaat tapi cincin di jari manisnya sangat ampuh untuk mengusir bayangan Arya. Cincin itu seperti punya kekuatan magis yang membuat hatinya tenang walaupun ia tak bisa membayangkan seperti apa wajah pria yang telah melamarnya.
Sore itu juga, Arya dan orangtuanya terbang ke Surabaya. Ia harus berburu dengan waktu. Dari Tante Mirna yang nomor hpnya ia minta dari Mbak Sri, ia tahu kalau orangtua Irin sudah mulai memilih-milih pria yang akan menjadi kandidat calon suami Irin.
Mario dan yang lain membantu membereskan meja kerja Aerin. Ada beberapa box yang sudah terisi barang pribadi Aerin yang kemudian mereka simpan di kamar istirahatnya. Tadi siang mereka sudah lunch bersama untuk menandai perpisahan sementara karena ini hari terakhir Aerin bekerja sebelum cuti panjangnya.
Arya melihat dengan teliti satu per satu monitor sampai ia menemukan monitor cctv ruangan Aerin. Hanya ada Aerin seorang disana dan dia sepertinya sedang tertidur dalam posisi duduk dengan wajah tertelungkup diatas meja kerjanya. Sementara monitor komputer di depannya menyala dengan kode-kode yang bergerak cepat.
Suara candaan pengunjung yang cukup terdengar, tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Arya dan teman-temannya yang saling meledek, serentak melihat ke pintu masuk. Arya menatap sosok Aerin yang duduk di pojokan ruang, agak jauh dari posisinya.